Sejarah
perjalanan panjang….
Penolong Anak
Yatim dan Miskin
Perguruan Darul
Islam Gresik
Periode
1932-1942
Bismillahirrahmanirrohim..
Dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala pada tanggal 2 Oktober 1932 , atau tujuh bulan
sesudah himpunan “Syubhanul Muslimin” maujud, didirikanlah Bagian Sosial
Pendidikan dengan nama “ I’anatul Aitam” atau bahasa
Indonesianya “ Penolong Anak Yatim” atas inisiatif Pengurus
himpunan tersebut. Bagian ini
berusaha menolong/mengasuh pendidikan anak-anak Yatim dengan mendirikan
Madrasah sendiri, :” Madrasah I’anatul Aitam “ khusus untuk anak putera,
;bertempat di gedong Madrasah “ Nahdlatul Wathon” Gresik.
Anak
yatim yang diasuh benar-benar mendapat keringanan dalam usahanya menuntut ilmu,
mereka bebas uang sekolah, dicukupi kebutuhan belajarnya seperti buku-buku,
kitab-kitab, alat-alat sekolah dan lain sebagainya diberi cuma-cuma, bahkan
sampai tempat buku / tas pun diberi juga. Terkenal saat itu dengan sebutan “
Anak Sekolah Tas Kuning “ atau “
Anak Aitam ”.
Masyarakat
Gresik terkenal sebagai masyarakat yang bernafas Islam, menyambut baik
berdirinya usaha ini, seakan-akan merasa ada tempat penyalur mematuhi perinyah
agama di bidang social.
Seiring
perjalanan waktu, bertambah banyak anak Yatim mendaftar minta diasuh. Sungguh
hal ini menggembirakan hati para pengasuhnya, karena kemampuan pengasuh masih
terbatas, keadaan dan tempat yang belum memungkinkan, sehingga anak yang
diterima & diasuh dibatasi hanya 100 anak asuh.
Sebagai lazimnya, sesuatu usaha
kebajikan ditengah masyarakt ada yang menyambut dengan perasaan simpatik tetapi
ada pula yang menyambut dengan pandangan negatif, sehingga amal usaha bagian
sosial inipun mengalami juga.
Pengurus “ I’ anatul Aitam “ yang
pertama antara lain terdiri dari :
Ketua : H.M ARIFIN (almarhum)
Penulis : H. CHATIB (almarhum)
Penerima Uang : M.
BASUNI (almarhum)
Dibantu
oleh beberapa orang sebagai anggota
Pengurus. Sedang Guru Pengasuh Madrasah tersebut antara lain :
1. Ust MA’ SHUM MUCHDOR (almarhum)
2. Ust. H. CHATIB (almarhum)
3. Ust. USMAN (almarhum), dan lain-lain
Untuk memenuhi biaya asuhan didapat dari :
1.
Songkongan bulanan / donator bulanan.
2.
Permohonan bantuan sukarela dengan TEMPOLONG
KELILILNG masuk kampung keluar kampung, menghipun bantuan masyarakat ,
dilaksanakan tiap hari Jum’at pagi oleh Pengurus dan kemudian oleh anak-anak
Yatim juga.
3.
Songkongan/bantuan lain yang sah/halal seperti
bantuan dari jam’iyah - Jam’iyah yang ada dikampung – kampung antara lain : “
Abnaul Wathon “, “ Nahdlatus-Syubban”, “Ittihadus-Syubban” ,”Nahdlatul Musta’an
“ dan himpunan Sentewe-Sentewe ( Sinoman )
Demikian
pelaksanaan rutin yang dikerjakan secara wajar. Sebagai peningkatan usaha sosial,
pada bulan Oktober 1932 dimulai
menyelenggarakan “Khitanan” masal
cuma-cuma. Usaha ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Gresik,
sehingga sambutan dan hasilnya belum begitu sukses. Tercatat ada dua orang anak
yang berani dikhitan yaitu :
1.
Sdr. ACHMAD Kampung Sumur Bor Gresik
2.
Sdr. SAFWAN Kamung Semarangan Gressik
Pada tanggal 20 Juni 1993 nama “ I’ ANATUL AITAM
“ ditambah dengan sebutan “
WALMASAKIN “, sehingga anak
Yatim yang memasuki usiah baligh dapat diasuh terus, serta kemudian dapat pula
menerima anak orang miskin. Hal ini merupakan peningkatan usaha sosial dengan
maksud agar nantinya tidak ada anak yatim atau anak miskin yang buta
huruf atau buta ilmu.
Pada
Oktober 1933 menyelenggarakan “Khitanan”
ke 2 bertempat di Bedilan Semarangan Gresik ; tercatat ada 10 anak yang
dikhitan, Juni 1934 meyelenggarakan “ Khitanan “ ke 3, bertempat di gedung Madrasah
Asmaiyah jumlah anak yang dikhitan terus meningkat.
Madrasah “ I’
ANATUL AITAM WALMASAKIN” pada tahun 1934 ini pula menempati gedung di Jl.
Yai Ageng Arem-Arem. Waktu belajar diadakan pada waktu siang dari pukul 13.00
s/d pukul 17.00 .
Tahun 1941 diselenggarakan
“ Khitanan “ ke 10 bertempat
digedung “Waqfiyah Darul Islam” Jl.
KH. Kholil 35 Gresik. “Syubhanul Muslimin” sebagai
organisasi induk ganti nama DARUL ISLAM
sedudah gagal fusi dalam P I S
I.
Pertengahan tahun 1941
mengadakan “ Asrama “ bertempat
dirumah sebelah selatan gedung Waqfiyah, dengan maksud menambah pengetahuan
tentang agama, pengetahuan umum, kepanduan kerajinan atau prakarya.Biaya asrama
di dapat dari bantuan masyarakat, disamping bantuan dari pemerintah berupa
bahan pangan dan bahan bekal sandang.
Akhir periode “
Perang dunia ke II “ sudah melanda tanah air, Belanda yang berkuasa
atas Indonesia menyerah kalah kepada bala tentara DAI NIPON atau jepang.
Tercanang seruan berjuan membela tanah air bergema gegap gempita di seluruh
nusantara, putra – putri Indonesia bangkit serempak untuk berjuang membelah
tanah air bangsa dan agama. Di berbagai
tempat diadakan latihan kemiliteran, latihan perang – perangan walau dengan
senjata bambu runcing. Suasana semangat juan ini berpengaruh juga pada jiwa
pengurus / pengasuh, sampai terjadi anak – anak yatim di latih perang –
perangan di alon – alon gresik . Tampak laskar-laskar MINI itu berlatih dengan
tampanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar